Kali ini gue mau memenuhi janji yang belum juga terpenuhi sejak lama yaitu ngepost tentang grup Bicit.
Grup Bicit adalah kumpulan anak-anak tukang hura-hura dan foya-foya yang beranjak dewasa bersama. Kami beranggotakan beberapa belas orang dari berbagai latar belakang. Ada yang dari keluarga kaya, ada yang dari keluarga kaya pisan, ada yang beragama, ada yang tidak, dan lain-lain.
Tapi kami lumayan solid, udah bersama-sama sejak SMA (padahal asal SMA nya juga beda-beda)
Gimana cara kami semua yang berasal dari berbagai belahan dunia ini bisa berkumpul dan berteman?
Yuk ikuti kisahnya.
(Berikut adalah cerita dari sudut pandang gue Noi yang baru gabung ke Bibit-Bicit pada tahun 2012)
Jadi ada salah satu anggota kami bernama Clay (ya, Clay seperti mainan anak-anak.)
Gue kenal Clay karena kami kuliah sejurusan. Udah gitu si Clay ini anaknya suka banget yamcha.
Dulu dia mengajak gue dan beberapa temen kuliah gue (yaitu Ina, Kare, dan kadang si Dion) yamcha di Eastern, terus karena si Clay ini anaknya 'connecting people' banget, dia ajak juga beberapa temen warnet dia, yaitu Yoyong, Cuping, dan Hamu. Dari acara yamcha lucu imut inilah gue kenal beberapa Bibit-Bicit.
Oh iya, seperti pemuda remaja labil pada umumnya, Clay ini doyan banget main warnet. Dari warnet, dia pergaulannya super luas dan berhasil mempersatukan orang-orang dari berbagai latar belakang, menjadi Bicit.
Akhirnya kami yamcha berkali-kali, karena waktu itu lagi banyak promo. Dan jengjeng jadilah kami teman main yang udah yamcha 10x berturut-turut.
Tahun 2013
Kesibukan mulai mendatangi kehidupan kami bak badai di tengah Gurun Sahara.
Gue (bersama dengan Kare dan Ina) yang waktu itu mulai berhadapan dengan mata kuliah AKM, mulai kesulitan cari waktu main dan yamcha. Hamu yang berasal dari keluarga borju pergi meninggalkan Indonesia untuk menuntut ilmu di Jerman. Intinya adalah gue dan Bibit-Bicit ini udah jadi jarang ketemu, dan akhirnya Bibit-Bicit kami hilang seperti bibit dandelion yang tertiup angin laut.
Ngomong-ngomong, karena cerita ini adalah dari sudut pandang gue, jadi gue ga ceritain Bibit-Bicit dari sudut pandang anak Bicit yang lain yah. Sebenernya Bibit-Bicit tersebar dimana-mana, di Binbak, di SMAK 1, di SMAK 2, di Aloy, dll, dan udah mulai berteman sejak SMA.
Tahun 2014
Tahun 2014 adalah tahun dimana Noi mengalami banyak goncangan sosial. Pada satu titik gue merasa kangen main rame-rame sama temen-temen. Akhirnya, gue, Kare, Ina, dan Clay janjian bikin acara yamcha cantik di pagi hari, seperti yang sering kami lakukan dulu,
Clay si People Connector katanya mau bawa beberapa temen dia ke acara Yamcha ini. Gue sih oke-oke aja.
Akhirnya datanglah hari yamcha yang sudah kami rencanakan.
Waktu gue nyampe tempat janjiannya, ternyata udah ada beberapa temen yang dateng, yaitu Clay dan beberapa wajah baru - Gigis, Johan, Yodom, Akew, Siella, Miz, dan Uno.
Jadi anak-anak ini adalah Bibit-Bicit yang baru gue temui saat itu.
Waktu itu gue yamcha bareng mereka, namun ternyata eh ternyata Kare ga bisa dateng dan Ina ternyata gabung sama temen-temen dia sendiri.
Alhasil gue kayak anak bawang ga kenal siapa-siapa gitu di situ (kecuali si Clay) dan gue sama Clay juga sebenernya gak deket-deket amat gitu yah.
Tapi Noi adalah anak yang pantang menyerah. Gue ga boleh salting. Gue harus ASYIK.
Setelah itu gue berusaha sok asyik - biar ga ngerusak suasana aja sih - eh tapi ternyata gue ngerasa lumayan nyambung juga sama anak-anak ini. Dari pertemuan inilah gue pertama kali kenal sahabat deket gue, Gigis.
Gigis ini otaknya super nyambung sama gue, bercandaannya cocok, terus standar moralnya juga lumayan klop sama gue (ingat guys, standar moral Noi beda sama manusia pada umumnya.)
Dan dari pertemuan ini juga gue ketemu dan deket lagi sama pacar gue, Johan (ingat guys, standar pacar Noi juga beda sama cewek apda umumnya.) Asalnya gue udah kenal Johan sejak SMP, tapi udah gitu lama kita gak jumpa lagi.
Tahun 2015
Tahun 2015 Noi mulai agak sombong lagi nih, udah jarang main sama Bibit-Bicit. Penyebabnya adalah..Yah terjadi goncangan sosial dan spiritual yang Noi alami jadi Noi harus bertapa dulu di Gunung Kunlun di bawah desiran air terjun pegunungan. #ngarang
Tahun 2016
Oke, Noi udah berhasil mengatasi goncangan sosial dan spiritual, selain itu kuliah Noi udah mulai stabil, tinggal beresin aja mata kuliah yang belum beres (yang sebenernya ga terlalu susah)
Akhirnya Noi bisa mulai main bareng lagi sama Bibit-Bicit. Ternyata isi Bibit-Bicit udah berubah lagi, waktu itu ada Randy, Mimi, Clay (ini mah anggota tetap), Johan, Gigis, Akew, Siella, Irene, Bas, Cuping, Edbert, Syong, Yoyong (tapi seringnya dia merantau di Sumatera), dan gue lupa siapa lagi, banyak pisan soalnya.
Awal-awal tuh, gue ngumpul cuma di cafe-cafe lucu, nungguin diskon jam 8 di cafe Anata, nangkring di Cibadak, main Escape Room, nonton, dan lain-lain. Hingga pada suatu titik, terucaplah nama Bicit oleh Bos Johan. Bicit ini akhirnya dipakai sebagai identitas grup kami. Kenapa? Karena kami doyan ngeBICIT.
Bicit tuh apa sih? Sebenernya Bicit tuh adalah Bacot yang dijadiin imut, jadi gak kasar kan kalau disebut Bicit. (maap saya menuliskan kata yang tidak pantas di blog ini)
Misalnya janjian jam 7, datengnya jam 8 itu tuh Bicit.
Bilangnya lagi otw, padahal masih di rumah, itu tuh Bicit.
Ngomongnya kuliah jurusan Arsitektur, padahal Akuntansi, itu juga Bicit.
Kampret emang.
Pasalnya, kami semua emang tukang Bicit. Suka telat (kecuali gue) suka ngalor ngidul, dll.