Selasa, 16 Juni 2015

Skeptis

Kemaren-kemaren saya ke Gereja .. Dan si pengkotbahnya lagi ngomongin tentang orang skeptis.
As he said.. Skeptis itu sebenernya baik. Sains berawal dari sikap skeptis. Dari sikap skeptis, banyak masalah terpecahkan, banyak ketidaktahuan berubah menjadi pengetahuan.
Tapi di post ini gue bukan mau membahas isi kotbahnya... Atau agamanya.. Atau apanya..

Oh iya. Skeptis itu apa sih?

Secara umum skeptisisme adalah ketidakpercayaan atau keraguan seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya. - Wikipedia.
Intinya sih, orang skeptis itu ga bisa langsung percaya sama suatu pernyataan yang belum ada buktinya.
Dan DALAM HAL TERTENTU, gue, sangat, skeptis.
Kalau kamu pikir gue gampang percaya, naif, polos, penurut, dan lain-lain, maka percayalah, gue ga bener-bener seperti itu. Gue cuma ga menunjukkan ketidakpercayaan gue. 

Manusia cenderung percaya dengan informasi pertama yang dia terima. Gue dulu juga kayak gitu. Tapi setelah banyak pengalaman, gue sadar, gue harus melawan kecenderungan tersebut - dengan bersikap skeptis.
Contoh. Di kehidupan sehari-hari.
Seorang teman bernama Surti ngasi tau gue bahwa, si Tati itu adalah seorang yang jahat, kejam, psikopat, licik, kejam.
Lalu besoknya Tati cerita ke gue bahwa Surti selama ini mengintimidasi dia.
Manusia pada umumnya bakal langsung percaya Surti dan benci pas liat Tati. Padahal, tau darimana Surti yang bener? Gagara Surti cerita duluan? Toh baik Surti maupun Tati sama-sama ga punya bukti buat apa yang udah mereka omongin. Kamu harus cukup skeptis buat menyadari hal ini.

Contoh lagi.. Kemaren temen saya Boyke cerita bahwa wali kota X adalah orang rasis. Pas gue tanya kok bisa ngomong gitu? Buktinya apa? Dia bilang pokoknya gitu. Nah, orang skeptis gak akan langsung percaya omongan Boyke tanpa bukti yang jelas.

Contoh lain.. Yang agak berat nih.
Anggaplah Marni lahir di sebuah negara kecil di tengah samudera atlantik. Di negara tersebut, Marni diajarkan bahwa manusia ga boleh makan ayam!
Kalau Marni nanya kenapa ga boleh, tar dijawab oleh ortu/guru/temannya bahwa pokoknya ga boleh aja. Dosa. Kotor. Hina. Yang makan ayam akan mati! Marni akan percaya sama mereka. Dia bakal ketakutan makan ayam bahkan takut menyentuh ayam! Padahal ayam itu hanyalah hewan imut-imut tak berdosa yang tidak suka melukai, bahkan dagingnya lembut dan sehat kalau dimakan.  Ga bikin mati. Marni sendiri ga pernah dilukai ayam,tapi dia terlanjur percaya informasi pertama yang diterimanya: ayam itu berbahaya. Walau ga ada bukti juga kalau ayam berbahaya. 
Nah... Orang skeptis gak akan percaya gitu aja kalau ayam itu berbahaya. Ternyata Marni tidak cukup skeptis. Apa boleh buat, Marni hanyalah seonggok bocah naif..

Contoh lain! Yang lebih ekstrim. Dan ini sebenernya kisah nyata yang sering muncul di negara-negara di dunia.
Ada sebuah negara yang banyak partai politiknya. Lalu si penguasa yang agak diktator merasa posisinya di pemeritahan terancam oleh adanya Partai ABC. Dia pun lalu menanamkan kepada para anak kecil informasi bahwa Partai ABC itu jahat, kejam, bengis, tukang makan bayi. Anak-anak tersebut akan tumbuh dewasa sambil membenci Partai ABC walau mereka belum pernah didzolimi sama sekali oleh Partai ABC. Ga ada bukti Partai ABC bener-bener jahat. Tapi anak kecil akan percaya karena itulah informasi yang pertama mereka dapet. Kenapa mereka percaya gitu aja? Karena anak-anak tersebut belum punya rasa skeptis.
Cara menanamkan paham kebencian kayak gitu? Gampang. Masukin aja ke kurikulum mata pelajaran: PKn atau Sejarah. Maka murid-murid akan percaya.
Kamu sendiri, percaya ga sama buku-buku sekolah kamu, yang isinya jelas bisa diatur sesuai kepentingan pemerintah? :)
Udah dulu deh.
Oh iya, percayalah, saya bukan ateis atau komunis atau apalah cuma gara-gara saya skeptis sama orang di sekitar saya, atau sama pemerintah.
As i said, saya skeptis cuma dalam hal tertentu. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar